Postingan

harapan dan kata

Gambar
     Mungkin,  sudah lama sekali aku tidak kembali menulis di blog ini. Bukan karena kesibukan, tetapi lebih disebabkan kosong atau tidak ada ide atau apapun yang harus aku tuliskan. Mau bagaimana lagi, aku tidak memiliki pengalaman dalam hal menulis. Ditambah lagi aku baru saja menggunakan blog saat ini, yang aku rasa sudah sangat terlambat. Karena aku merasa kejayaan blog sudah tidak seperti dulu lagi, waktu dimana aku masih sekolah SMP dan SMA. Sekitar tahun 2003 hingga 2010, saat itu banyak orang sedang ramai- ramainya menjadi blogger.       Sedangkan aku, tahun 2007 baru belajar menggunakan komputer, itupun harus menempuh jarak yang lumayan, untuk les atau belajar komputer. Lalu, apakah setelah itu aku bisa menulis ?, jauh sekali. Bahkan aku sendiri tidak punya komputer pribadi, aku sangat menginginkannya tetapi apalah daya aku tidak punya, karena keadaan keluarga.       Sedangkan saat itu sekitar tahun 2007, untuk bermain...

Waktu

Gambar
Panas nya sinar matahari,  membuatku ingin merebahkan penatnya tubuhku. Ingin rasanya sejenak merebahkan lelahku dibawah rindangnya pohon siang ini. Tetapi apa daya, aku sedang dibalik barisan gedung yang menjulang dengan angkuhnya. Tak memberi kesempatan padaku untuk sebentar berteduh dari sengatan sinar mentari. Sedangkan isi kepalaku, berisik dari kemarin, entah apa yang sebenarnya  sedang membebani isi fikiranku. Kubiarkan gagasan dan ide mengalir dari kepalaku, berharap bisa memberikan petualangan baru. Kini setiap hari aku saling berkejaran dengan sang waktu. Berusaha untuk menyelesaikan sebelum mentari terbenam diufuk barat. Dan sebelum sikecil terlelap dalam gelap, ditemani gemintang dan hanyut dalam mimpinya tanpa sempat kusapa senyumnya. Senja yang senantiasa menanti malam, tak pernah berhenti walau sekedar menunggu camar kembali. Ia akan berlalu dan pergi tanpa perduli apa yang bakalan terjadi esok hari. Sedangkan aku terkadang tak menyadari bahwa mega merah senanti...

Malam ku bersamamu

Gambar
Hari ini aku pulang lebih awal. Entah mengapa, aku ingin bersamamu malam ini. Menikmati indahnya malam, bercerita dibawah naungan bintang gemintang. Aku ingin melepaskan seluruh letihku, menanggalkan peluhku, meninggalkan penat dan mencampakkannya jauh dari diriku. Hingga tak ada satupun yang tersisa gundah gulana ku, agar setiap detik aku bisa menikmati untaian kata darimu. Dan mendengar setiap detik detak jantungmu. Ada banyak hal yang aku dengar pada diriku sendiri. Ada beragam cerita hari ini yang aku lewati. Begitu banyak warna yang kulihat dalam sehari perjalanan mentari. Juga bisikan angin kepada daun di pucuk pepohonan. Tetapi ketika senja menghampiri, angin pergi dan tak kembali. Burung- burung pun tak lagi berkicau, semua kembali ke peraduannya. Tinggal sunyi dan sepi yang menghampiri. Aku ingin mendengarkan lebih banyak cerita darimu. Memperhatikan indah bibirmu, menunggu setiap untaian kata yang engkau tuturkan. Sambil menikmati indahnya wajahmu, dibawah temaram sinar lampu...

Mendung yang dulu

Gambar
Rintik hujan membasahi bumi, awan gelap berlari berkejaran. Panas terik disapu angin barat, dan perjalanan panjang, setelah diguyur hujan. Hijau hamparan bulir-bulir padi. Gemericik air di anak sungai, dihempas tubuh kecil yang bersuka cita. Sedangkan awan kelabu masih malu-malu. Pesona pandang anak Asahan, gemulai berjalan gadis Melayu, menatap jauh meleka senyuman. Merah pipinya di sapa angin. Lambaian nyiur kelapa menyambut hari. Sampaikan selamat datang pada musafir. Tarian ombak ditabuh sampan, ikuti rima rintik gerimis, angin laut merayu diriku. Awan kembali kelabu, angin sore yang menyambut dedaunan. Pucuk bambu memberikan lambaian, membisikkan gemerisik, pada burung-burung senja, yang segera menyapa. Dan mentari akan segera pergi. Hanya seekor merpati bertengger di atas pohon, melihat langit, bertanya dalam hatinya "akankah awan Hitam kembali membasahi bumi". Senandung rindu simphoni yang dulu. Saat mula- mula aku mengenalmu. Nyanyian- nyanyian pada masa itu, membuatk...

Warisan negeriku yang ikut hilang

Gambar
Tak akan pernah cukup tinta di lautan, Untuk menerangkan isi pualam. Habis kayu menggoreskan ribuan kata- kata dari pujangga. Tak akan mampu engkau menyelami dalamnya hati, karena semua telah ditetapkan sebagai kiasan. Mereka pujangga yang telah tiada, mewariskan ribuan sastra. Untaian- untaian makna, merangkai ratusan kata- kata mutiara. Dan meninggalkan berbagai karya, namun sayang, tidak banyak hari ini yang memahami betapa berharganya warisan yang mereka berikan. Kini warisan itu mulai hilang satu persatu ditelan zaman. Dibiarkan oleh anak cucu negeri ini. Terbuang..... Terbengkalai..... Tergeletak..... Dipinggir jalan menghiba rasa..... Jikalau bisa ingin aku meminta, kan kukirim sepucuk surat kepada mereka. Aku anak pewaris negeri ini, meminta dimana mutiara sastra itu kau simpan. Karena hanya tersisa beberapa koruptor di negeri ini, yang tak memiliki hati nurani. Notes:  Teruntuk sastrawan negeriku, yang karyanya ikut mati bersama jasadnya. Kami tak lagi memiliki warisanmu, ...

Rintik hujan

Gambar
Pagi yang di hiasi dengan embun, setelah rintik hujan malam tadi membasahi bumi. Melepaskan dahaga atas kerinduan pada cinta. Bayangan sinar mentari masih malu-malu, mengintip dibalik awan, sembari bertanya pada gumpalan awan. Apakah Sang rembulan telah pergi ?, Atau masih menunggu gelap diufuk barat. Sedang sang mentari tersipu akan indahnya rembulan malam. Tapi, kicau burung membuyarkan semuanya, menghapus lamunan seketika. Karena merpati hendak pergi meninggalkan sang kekasih. Hanya senyum rindu dari betina agar semua baik-baik saja. Jikalau hati boleh memilih, biarlah malam berketerusan. Meski gelap menutup pandangan, agar dirinya tak sendirian. Hanya segenggam asa yang menjadi tumpuan. Dibalik  mimpi, tertutupi khayalan. Tetapi apa mungkin itu menjadi kenyataan. Sedangkan pagi masih baru menjelang, seperti hari yang bersinar terang. Coba kau lihat, apakah bayang- bayang tertunduk malu dibawah kakimu. Atau ia redup dibelakang punggungmu. Ayolah, mimpi belum membuatmu hilang ing...

17/8/2024 Perspektif Kemerdekaan Hari Ini

Gambar
Hari proklamasi dan kemerdekaan indonesia merupakan moment yang digadang-gadang hari bersejarah untuk bangsa Indonesia. Saat dimana pertama kali disuarakan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Hari yang bersejarah tentu dikenang dan diingat setiap tahunnya. Diperingati dengan melakukan upacara bendera, mengibarkan sang saka merah putih, dan berbagai acara lainnya banyak diselenggarakan di berbagai daerah.  Harapan dari diadakannya semua acara ini adalah untuk mengenang jasa para pahlawan yang gugur dimedan juang. Berkorban untuk mengusir penjajah, menyerahkan darah dan nyawa, agar kemerdekaan dapat diraih. Tak ayal setelahnya, kemerdekaan dalam genggaman, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kini kemerdekaan itu diwariskan kepada anak cucu, diberikan kepada generasi selanjutnya. Awal mula estafet kemerdekaan diserahkan, masih diterima oleh mereka orang-orang tua kita yang turut juga merasakan susah dan sedihnya hidup dalam penjajahan. Kemudian mereka mempertahankan keutuhan dan ...

Sepenggal Kisah

Gambar
Sisa cerita yang masih ada, atas derita dan air mata. Berganti setiap hari juga setiap saat.  Seperti mentari yang terbit, kemudian tenggelam di ufuk barat, hal itu terus terjadi dan pasti berganti. Adi anak kampung, yang baik dan tampan, memiliki perilaku yang disukai oleh orang sekitarnya. Masih sekolah di sebuah Pesantren yang jauh dari kampungnya. Ramah lalu sopan anaknya, bila mengaji ataupun mengkumandangkan azan, hati siapa yang tak luluh karena keindahan suaranya. Terkadang orang-orang kampung menyuruhnya untuk menjadi imam di mesjid. Karena keluasan ilmu agamanya dan baik budi pekertinya. Sering para orang tua datang dan bercerita, bergaul dengannya, berharap kelak anak mereka bisa seperti dirinya. Di pesantren Adi menjadi idaman bagi para santriwati. Bukan hanya karena wajah ataupun suaranya. Namun, akhlaknya memang sangat mempesona. Tidak jarang para orang tua santri ataupun guru tertarik dengan kepribadiannya adi. Ia hidup hanya mengandalkan hasil dari pekerjaannya send...

Masihkah bermimpi / membangun impian

Gambar
Hendaknya, malam tadi aku menulis. Bercerita kepada bintang gemintang. Kemudian berbisik pada sang rembulan. Bahwa perjalanan yang harus aku lalui masih panjang. Masih ada cerita sepenggal kemarin yang belum terselesaikan. Lalu aku ingin lagi berbisik pada angin malam, akankah mimpi yang menemani tidurku, indah saat ini. Juga impian yang menemani hari- hariku menjadi indah suatu saat nanti. Aku hanya bisa tersenyum simpul, ditemani embun pagi yang merasuk kedalam kulitku. Dan Hun Han kucing kesayanganku. Bahkan, aku masih belum juga bisa berfikir sejenak tentang arah dan cita- citaku kedepan. Seperti gelapnya malam, diriku tertatih dan meraba- raba dalam kesunyian. Mataku masih mencari dan terus mencari, walau aku tersandung berkali- kali. Jikalau bisa, aku hanya ingin bermimpi seperti masa kecilku dahulu. Tak perduli bagaimana kerasnya dunia, tak perduli apa artinya sakit dalam rasa. Tetapi sang waktu yang dengan angkuh terus pergi meninggalkanku. Tak perduli pada siapa dan apa yang t...

Goreskanlah tintamu

Gambar
Ingin rasanya terus menulis, dan meningkatkan kemampuan menulis. Karena,  untuk orang seperti aku yang menyukai kesunyian dan ketenangan. Menulis adalah sebuah pekerjaan yang menyenangkan. Terkadang aku menulis dibuku harian, tak jarang keinginanku mendikte selembar kertas hanya sekedar menulis sesuatu yang tidak jelas. Sebatas menggoreskan tintaku pada  kertas putih, mampu membuat hatiku merasa senang. Karena bagiku, menyusun huruf- huruf menjadi untaian kata adalah sebahagian kesenangan yang ingin aku lakukan setiap hari. Tarian jemariku diatas lembaran putih  seirama dengan ayunan pena, beriringan dengan ungkapan hati yang mengalir dari sanubari. Membayang indah mengenang masa lalu. Satu persatu, melukiskan dan mengeja setiap nama yang tertinggal didalam hatiku. Seandainya bisa, ingin ku tuliskan ribuan kata setiap hari disela- sela waktuku. Dan ku rajut untaian frasa, menjadi ribuan makna. Agar setiap tetesan dan curahan tinta, sampai ke relung hati setiap insan. Hany...

Perahu Sore

Gambar
Deburan ombak tidak begitu kuat, bahkan airnya tenang seperti tidak ada arus yang mengalir. Sedangkan pinggiran dari bibir muara itu telah penuh dan membanjiri jalan- jalan yang biasa dipakai untuk bersantai di sore hari.  Hanya sepasang camar yang terlihat akan pulang, melepas penat setelah senja kian redup. Angin pun tidak lagi berhembus kencang, menyapu tepian dedaunan pohon- pohon bakau. Kembali ku nikmati senja ini berdua denganmu. Menunggu tenggelamnya sang mentari. Diiringi alunan syahdu dari setiap menara- menara mesjid disekitar kita. Tak luput jua dari pandangan kita, duduk beramai- ramai pasangan dua sejoli. Saling memadu kasih, dan terhanyut dalam gelombang cinta yang mereka rasa. Di Atas jembatan ini saling bercanda dan berjanji untuk setia. Setidaknya selama rasa cinta dan asmara mereka masih membara. Lalu jauh dibawah sana, hilir mudik perahu- perahu nelayan melewati kolong jembatan, entah kemana mereka ingin pergi. Apakah ingin bersandar, setelah penat dan lelah mel...

Senjaku Bersamamu

Gambar
Senja yang menemani kita, menghabiskan sisa waktu senggang yang tidak begitu lama. Memberikan masa sejenak untuk melepaskan sisa-sisa penat kemarin, dan menunggu untuk kesibukan esok hari. Terkadang kita mengisi liburan dengan cara berhibernasi selama enam jam, atau paling sedikit kita gunakan waktu tidur empat jam dengan sisa waktu dua jam untuk mencari makanan. Hal yang terpaksa membuat kita terbangun dari tidur panjang karena kelaparan.  Tidak jarang kita berniat untuk mengisi liburan kita dengan berbagai rencana dan niat untuk pergi berkunjung ke berbagai tempat wisata. Mulai dari yang paling dekat, sampai yang memakan waktu berjam-jam dalam perjalanan. Tapi pada akhirnya hasil diskusi memutuskan kita untuk berhibernasi lagi.  Entah itu karena urusan waktu yang tidak mencukupi, atau karena biaya yang tidak memadai. Jadi, semua dibikin asyik aja. Awal mula dalam pernikahan kita, empat tahun yang lalu. Kita tidak merencanakan untuk pergi atau berbulan madu kemanapun. Karena ...

Sabtu Shubuh

Gambar
 Setelah terlelap dengan lelahku malam tadi. Kini aku mencoba untuk bangkit lagi, bangkit dari keterpurukan yang aku rasakan selama ini. Bangkit dari bayangan ketakutan akan masa depan, kelelahan dalam pekerjaan, dan kelemahan menjalani kehidupan. Sekali lagi aku ingin. Bangkit menyongsong masa depanku, mengejar cita-citaku. Kemudian menggapai satu persatu impianku. Tak ayal terkadang Keinginan itu membuat aku terhuyung, dan terjatuh berkali-kali. Terhempas puluhan kali, bahkan sering aku menangis didalam kesendirianku. Banyak hal yang membuat aku menjadi lemah, tak berdaya.  Pelajaran tentang kehidupan, sakitnya ditipu dan rendahkan. Namun itu semua tetap aku tahan dan aku simpan didalam hati. Entah sudah berapa kali semua ini aku alami. Hanya saja terkadang didalam hati aku berkata, kapan semua mimpi yang aku inginkan terwujud menjadi nyata satu persatu. Banyak sudah Waktu yang terlewatkan. Setiap detik yang aku rasa terbuang dengan percuma karena aku tidak juga mendapatkan ...

Perjalanan Bersamamu

Gambar
Matahari memang masih berputar di peraduannya.  Dan bintang gemintang juga masih memberi arah pada gelapnya malam. Secarik kertas yang selalu kuambil untuk menggoreskan setiap rasa yang aku punya. Juga tinta sisa tulisan kemarin yang mungkin sudah hampir kering karena aku tidak lagi memakainya. Tergeletak diatas meja kerjaku, bercengkrama didalam diam, dibalik tumpukan buku- bukuku.  Ia ingin menceritakan hatinya yang telah berlalu. Tentang perasaannya selama ini yang selalu membisu. Adakah yang akan selalu mendengar suaramu. Sedangkan dinding itu hanya membisu. Tak lebih dari susunan ssebongkah batu. Cicak yang menemani dalam gelap juga tidak perduli walau hanya sesaat. Redup dan lembabnya dinding, yang menemani suasana siangnya setiap hari.  Maka izinkan aku bercerita diantara kisah yang ada. Biarkan aku goreskan rasa, walau kata mereka telah tersusun didalam frasa. Sedangkan tumpukkan buku-buku itu juga tidak memberikan aku kehangatan dan pengertian, tentang apa, bagai...

Menanti Mentari

Gambar
                     Ditengah senyum sang mentari, indah rautnya dibalik ufuk. Seakan ia tersipu malu, untuk mulai hari ini. Daku melewati setapak demi setapak jalanan yang berdebu. Begitu tenang diri ini menelusuri tepiannya, mataku terus menjelajahi pepohonan yang rindang. Dibawah bayang- bayang dedaunan yang terkulai, pasrah akan takdir hidup siang ini. Diterpa setitik debu pada tepinya, hingga keruh raut wajahnya. Entah karena dirinya telah pasrah bersama takdir yang menyapanya, atau dengan tegar ia terima semua cerita tentangnya. Seketika mata ini memandang jauh ke langit biru. Menatap indahnya segumpal awan, ditengah birunya yang tenang mencari teman. Ia berjalan perlahan dalam kesendirian di pagi yang lengang, bersama kicauan hangat menyambut dikala diam.           Semua begitu syahdu ditelingaku, karena hari ini aku menjalani sebuah episode dalam hidupku. Dengan tangan kecil ini, bersama kaki yang se...

Bimbang

Gambar
Awan memang tak selamanya hitam. Sering ia seputih salju, menghiasi langit yang membiru. Memberi keindahan, pada mentari, dengan corak yang berseri.  Terkadang, mendung memang membawa ketenangan, tapi tak sedikit, ada badai hitam tersembunyi dibaliknya. Dan topan yang siap menyapu semuanya, tanpa perduli apa, dan siapa disekitarnya. Birunya langit juga mengesankan, ada ketenangan, kewibawaan, kebesaran dan keluasan. Itu jika engkau memandangnya saat mentari terik menghangatkan jagat pertiwi. Dan menatapnya dengan keramahan, melihatnya bersama senyuman. Pasti engkau akan merasakan. Tetapi jika benci yang kau sampaikan, caci maki yang kau berikan. Ia juga menyimpan sejuta ketenangan yang menghanyutkan, siap menenggelamkan dirimu bersama kehampaan. Seharusnya kau tahu itu, tidak hanya egomu yang kau lontarkan pada gelapnya malam. Ambisimu yang kau campakkan dipinggir jalan. Dan tak lagi memperdulikan mimpi, cita- cita, dan masa depan. Kau sendiri yang meminta dan kau juga yang memberi...

Memory yang mengikuti

Gambar
 In memoryan 21 January 2013 Mentari di siang ini, begitu terang menghampiri diriku. Disebalik dinding bisu aku senantiasa menyendiri. Mendengar riuh rendah diri ini, dengan suara- suara syahdu si kecil. Sesekali ia tertawa, bahkan tangisnya buat hatiku tersenyum.  Andai aku bisa memahami diri ini. 20 tahun telah berlalu, detik- detik yang menjauh dari diriku, entah tinggal berapa lama lagi waktu yang tersisa untukku. Masih sering bayangan masa lalu menghampiri diriku. Mencekam di pelupuk mataku, ketakutan akan masa lalu, masih terus membayangiku. Hingga hari ini, semburat masa lalu masih ada dalam benakku. Apa ketakutan yang paling kuat dari masa lalu. Takut akan gelapnya masa depan, yang terkadang memburamkan keyakinanku pada Tuhan.  Saat melihat insan lainnya, kadang aku iri, dan mengira mereka bahagia dalam hidupnya. Sejenak aku merenungi diri sendiri, dalam kelamnya hatiku.  Namun, akankah kebahagiaan itu kekal abadi. Aku ingin mencari kebenaran yang hakiki. Hin...