Mendung yang dulu
Rintik hujan membasahi bumi, awan gelap berlari berkejaran. Panas terik disapu angin barat, dan perjalanan panjang, setelah diguyur hujan. Hijau hamparan bulir-bulir padi.
Gemericik air di anak sungai, dihempas tubuh kecil yang bersuka cita. Sedangkan awan kelabu masih malu-malu. Pesona pandang anak Asahan, gemulai berjalan gadis Melayu, menatap jauh meleka senyuman.
Merah pipinya di sapa angin. Lambaian nyiur kelapa menyambut hari. Sampaikan selamat datang pada musafir. Tarian ombak ditabuh sampan, ikuti rima rintik gerimis, angin laut merayu diriku.
Awan kembali kelabu, angin sore yang menyambut dedaunan. Pucuk bambu memberikan lambaian, membisikkan gemerisik, pada burung-burung senja, yang segera menyapa.
Dan mentari akan segera pergi. Hanya seekor merpati bertengger di atas pohon, melihat langit, bertanya dalam hatinya "akankah awan Hitam kembali membasahi bumi".
Senandung rindu simphoni yang dulu. Saat mula- mula aku mengenalmu. Nyanyian- nyanyian pada masa itu, membuatku merindu padamu.
Inginkan rasa dihatiku bergetar dan menyambut setiap aroma tubuhmu. Yang kini telah bersanding dan selalu menemaniku. Kuungkapkan cinta yang sama seperti dulu.
Awan gelap menemani siangku, setelah panas dan terik memanggang tadi pagi. Aku hanya sendiri disini menghitung kesepian yang yang menghampiri. Di antara puing- puing luka yang kupendam.
Fatamorgana keindahan sering membayangi wajahku, menutupi pandangan jauh ke depan. Berfikir dimanakah letaknya harapan dan impian.
Kini rintik hujan yang turun membasahi bumi, tak sanggup menghapuskan gerahnya ragaku karena panasnya amarahmu. Meski kucoba untuk memendam setiap perihku dan tersenyum padamu. Hanya kata hati, yang tahu betapa perih yang kupendam sendiri. Karena simphoni cinta tak seindah dulu, dan nyanyian jiwa tak Semeru lagu rindu.
Perjalananku memang jauh, namun tak sejauh ketika engkau meninggalkan ku. Kaki ku memang lelah, namun aku masih kuat untuk melangkah dan kembali padamu. Sejauh apapun engkau pergi, engkau akan kembali padaku. Karena hakikatnya, engkau jauh di mata dekat di do'a.
Komentar
Posting Komentar