Waktu


Panas nya sinar matahari,  membuatku ingin merebahkan penatnya tubuhku. Ingin rasanya sejenak merebahkan lelahku dibawah rindangnya pohon siang ini. Tetapi apa daya, aku sedang dibalik barisan gedung yang menjulang dengan angkuhnya. Tak memberi kesempatan padaku untuk sebentar berteduh dari sengatan sinar mentari.

Sedangkan isi kepalaku, berisik dari kemarin, entah apa yang sebenarnya  sedang membebani isi fikiranku. Kubiarkan gagasan dan ide mengalir dari kepalaku, berharap bisa memberikan petualangan baru.

Kini setiap hari aku saling berkejaran dengan sang waktu. Berusaha untuk menyelesaikan sebelum mentari terbenam diufuk barat. Dan sebelum sikecil terlelap dalam gelap, ditemani gemintang dan hanyut dalam mimpinya tanpa sempat kusapa senyumnya.

Senja yang senantiasa menanti malam, tak pernah berhenti walau sekedar menunggu camar kembali. Ia akan berlalu dan pergi tanpa perduli apa yang bakalan terjadi esok hari. Sedangkan aku terkadang tak menyadari bahwa mega merah senantiasa mengingatkan bahwa gelap akan datang.

Ah, seandainya waktu bisa diputar kembali. Aku ingin menuliskan kisah dan ceritaku dulu, dimasa aku masih menari diantara hijaunya padi. Dikala gemericik air sungai membasuh peluh dari terik matahari. Dan ketika aku berlari mengejar mimpi, diantara pekatnya kabut pagi. Beriringan dengan sinar matahari, yang muncul dari balik dedaunan.

Ah, ingin aku ulang kembali, tetapi apalah daya. Semua telah berlalu, dan masa sudah berganti. Tak akan mungkin, pucuk bunga yang telah gugur kembali ke tangkainya. Dan tak bisa, anak panah yang melesat kembali ke busurnya.



Bahkan senja telah berlalu, tergantikan oleh gelapnya malam. Kemudian, aku masih menunggu akankah bintang menghiasi langit yang gelap gulita. Ataukah hanya kegelapan yang bisa menemani malam kita.

Aku tidak bisa berkata lagi, aku tidak bisa melihat didalam kegelapan. Hanya harapan terhadap setitik cahaya kehidupan. Jika ada, mungkin aku akan meminta sinar rembulan. Untuk menerangi langkahku hingga tengah malam, lalu aku ingin bisa tidur dibawah sinar rembulan. Berselimutkan bintang gemintang, terlelap dalam keindahan. Bermimpi dan terbangun dengan senyuman besok pagi. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perahu Sore

Sabtu Shubuh

Senjaku Bersamamu