Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Wajah Wajah Kebenaran

Gambar
Menggunakan konteks untuk memaknai teks melalui proses rekonstruksi imajiner merupakan pintu yang membuka peluang pemaknaan yang luas. Dari sini lahir unsur analogi ketika teks akan dimaknai kembali pada konteks yang lain. Yaitu upaya menurunkan teks ke dalam dua atau tiga atau lebih konteks yang berbeda. Sebab walaupun sejarah kehidupan Rasulullah SAW merupakan konteks yang legitimate untuk memaknai teks secara akurat, tetap saja teks itu independen dan berdiri sendiri serta harus bisa menembus semua sekat ruang dan waktu. Independensi teks itu perlu ditegaskan kembali. Karena itu terkait dengan doktrin tentang keabadian teks yang mengharuskannya terbebas dari kekhususan masa tertentu atau ruang tertentu atau apa yang kita sebut sebagai konteks. Jadi dalam kerangka pemaknaan itu konteks adalah salah satu alat bantu yang dapat mengikat makna tertentu pada teks tapi tidak membatasinya sampai di situ. Itu yang menjelaskan mengapa ruang pemaknaan menjadi lebih luas dan memungkinkan mu

“untukmu yang meninggalkan separuh luka dihatiku”

Gambar
               Senja yang kau lalui, beserta kucuran hujan di siang ini. Rintik air yang jatuh membasahi bumi bersama gelapnya awan menuju sore. Perlahan mentari mulai menurun dari peraduan, memerah seakan menangis tak ingin meninggalkan hari ini. Sedang daku menatap setiap rintik air yang jatuh, berkumpul bersama menyanyikan melodi, menyanyikan symphoni di atas atap. Mataku sayu, mataku menatap kosong kedepan. Hanya suara hujan yang menggema ditelingaku, dan tak ada lagi suara lain yang mampu menghancurkan lamunan jiwaku. Entah mengapa, seakan ketiadaan dirimu merupakan kehilangan yang menyakitkan bagiku. Sejak saat itu, ketika ku tahu bahwa bunga yang selama ini seperti menyegarkan taman hatiku, telah disinggahi kumbang di lain waktu. Dan ia tersenyum bersama sang kumbang. Semua terasa indah, dikala aku tertawa ria bersama dirimu dan mereka. Perjalanan yang mulanya terasa biasa saja. Hanya untaian kata dari mereka, mampu mengubah sorot matamu padaku. Begitu juga dengan hatiku,

Antara Idealisme Mimpi, dan Idealnya Hidup

Gambar
Kenyataan dan pemikiran yang kita hadapi terkadang sangat jauh bertolak belakang dengan yang kita inginkan. Cerita dari setiap lisan, dari setiap penyampaian tidak selalu sama dengan kenyataan. Apalagi, jika setiap pribadi memiliki keinginan dan mimpi yang tak pernah selalu sama, dalam berbagai keadaan dan kesempatan, kemungkinan juga dengan bermacam- macam mimpi banyak orang. Bermimpi adalah suatu anugrah bagi kita, karena itu pemberian dari Allah swt. Namun tidak setiap orang memiliki mimpi yang jelas, ada sebagian yang hanya menjalani hidup sebagaimana adanya. Sehingga mereka tak begitu tertarik untuk memiliki dan mengejar mimpi dalam hidupnya. Untuk sebagian yang lain, mereka yang berusaha sekedar berkarya, tak lebih mengikuti arus hidup, memberikan hasil yang seadanya. Sedangkan yang lainnya diatas rata- rata, dibagian puncak piramida segelintir mereka mampu mewujudkan khayalan dan mimpi mereka ke alam nyata. Kita mengalami hal yang sama, satu hal yang sering difikirkan ad

Senandung Gerimis Tengah Malam*

Gambar
Hujan Malam ini kawan, lewat tengah malam, Yang mengantarku kembali pulang, Adalah Hujan sepuluh tahun yang lalu, Saat kita menuliskan mimpi kecil itu, Dan mentertawakan angan kosongku, bersama mereka, Adalah, Hujan 4 tahun lalu, lewat tengah malam, Ketika kembali dari gedung tua yang kau sebut, Perguruan Tinggi, dan selalu kau ceritakan, Ingatkah ? Hujan yang kita tertawakan ditengah bangunan tua, Yang kau bilang itu sekolah, Kelakar kita hingga dinihari, ditemani secangkir kopi, Ingatkah ? Hujan yang mengantar kita ke tanah kelahiranmu, Hujan yang menggores luka diwajahku, Agar bisa berlari bersamamu, Ingatkah ?, Ketika aku mengantarmu mengais rezeki, Lewat Hujan tengah malam, Terkadang aku membencinya, Saat menghalangiku menatap masa depan, Namun, kita butuh dirinya, Untuk melepas dahaga jiwa, Dan menumbuhkan benih cita- cita, Saat kau berkata : “Aku lelah” Daku diam seribu bahasa, Mungkin .... Kakimu lelah berlari, Kau p

Catatan Penyelesaian

Gambar
Suatu ketika, ada seorang anak kecil yang miskin, hidup di pinggiran kota, setiap harinya ia bekerja untuk menafkahi kehidupannya juga untuk biaya pendidikannya. Untuk membiayai pendidikannya, anak miskin ini menjual barang dari pintu ke pintu. Suatu hari, anak laki- laki ini benar- benar lapar tapi tidak punya uang untuk membeli makanan. Dia memutuskan untuk meminta sesuatu untuk dimakan ketika ia mengetuk pintu di rumah berikutnya. Seorang wanita muda yang cantik membuka pintu tesebut, dan anak itu kehilangan keberaniannya. Akhirnya dia hanya meminta untuk di beri segelas air, ia terlalu malu untuk meminta makanan. Wanita muda tersebut membawakannya segelas susu, yang segera diminum dengan rakus oleh anak itu. Anak itu bertanya berapa banyak dia berhutang. Tetapi wanita tersebut hanya tersenyum dan berkata bahwa ibunya telah mengajarinya untuk bersikap baik kepada orang lain. Dan ia tidak pernah mengharapkan imbalan apapun. Anak itu meninggalkan rumah wanita tersebut dengan p