Masihkah bermimpi / membangun impian
Bahkan, aku masih belum juga bisa berfikir sejenak tentang arah dan cita- citaku kedepan. Seperti gelapnya malam, diriku tertatih dan meraba- raba dalam kesunyian. Mataku masih mencari dan terus mencari, walau aku tersandung berkali- kali.
Jikalau bisa, aku hanya ingin bermimpi seperti masa kecilku dahulu. Tak perduli bagaimana kerasnya dunia, tak perduli apa artinya sakit dalam rasa. Tetapi sang waktu yang dengan angkuh terus pergi meninggalkanku. Tak perduli pada siapa dan apa yang telah menjadi tua. Hingga sebahagian yang ada kini menjadi tiada. Tak perduli pada hitamnya rambut mahkota, kini pudar dan memutih tanpa terasa.
Terpaksa aku memilih untuk tidur lewat tengah malam, agar sebahagian mimpiku menjadi kenyataan. Atau aku harus bangkit pada dinihari, supaya dunia yang terkadang sulit untuk kujalani, memberi peluang agar masalah tak menjadi- jadi. Aku terbangun dini dan kini, karena mungkin ingin mencari sedikit dari rezeki yang jatuh dari langit malam tadi. Biasanya dijanjikan pada mereka, yang segera, sebelum ayam berkokok terlebih dahulu. Tapi kawan, kau tahu ayamku sudah berkokok malam ini, sebelum mataku terpejam, sebelum larut di keheningan malam. Aku bertanya- tanya, mengapa begitu cepat mereka berkata- kata dan memanggil suara. Bukankah seharusnya, mereka memanggil esok pagi, atau dinihari. Apakah ia sengaja berbunyi agar tidak kudahului. Katanya, mereka tak ingin aku mendapatkan rezeki. Aku, mungkin seperti dulu, saat mereka telah berbunyi, tanda bahwa aku harus istirahat karena baru selesai bekerja dini hari.
Ah, entahlah... Apakah ayam- ayam itu berkokok, karena ingin membangunkan aku dari mimpi- mimpi indahku. Atau ia memberi tahu, bahwa aku sudah lewat larut malam membangun impianku. Apa ini jam alarm agar aku bangun dari mimpi malam ini, atau agar aku tak usah memiliki impian lagi.
Yang pasti, ia berkokok saat aku akan terlelap larut malam. Atau aku terbangun lewat tengah malam.
Dini hari => 3:38 - 4:35 wib
Komentar
Posting Komentar