Goreskanlah tintamu

Ingin rasanya terus menulis, dan meningkatkan kemampuan menulis. Karena,  untuk orang seperti aku yang menyukai kesunyian dan ketenangan. Menulis adalah sebuah pekerjaan yang menyenangkan. Terkadang aku menulis dibuku harian, tak jarang keinginanku mendikte selembar kertas hanya sekedar menulis sesuatu yang tidak jelas. Sebatas menggoreskan tintaku pada  kertas putih, mampu membuat hatiku merasa senang. Karena bagiku, menyusun huruf- huruf menjadi untaian kata adalah sebahagian kesenangan yang ingin aku lakukan setiap hari.

Tarian jemariku diatas lembaran putih  seirama dengan ayunan pena, beriringan dengan ungkapan hati yang mengalir dari sanubari. Membayang indah mengenang masa lalu. Satu persatu, melukiskan dan mengeja setiap nama yang tertinggal didalam hatiku. Seandainya bisa, ingin ku tuliskan ribuan kata setiap hari disela- sela waktuku. Dan ku rajut untaian frasa, menjadi ribuan makna. Agar setiap tetesan dan curahan tinta, sampai ke relung hati setiap insan.

Hanya saja, aku menyadari bahwa apa yang aku buat tidaklah seberapa. Dan tidak begitu berharga, dibandingkan dengan tulisan mereka. Karyaku ini hanyalah selingan hari-hari yang sunyi, disaat aku menyendiri. Bagaimana mungkin tulisan seseorang yang masih sangat amatiran akan mampu menggugah para pembaca disana. Bila masa dan waktu yang tepat telah tiba, ingin juga aku menjadi seperti mereka. Dikenal karena karyanya, dicari karena pemikirannya, diikuti karena gubahannya.

Tak ayal nama-nama yang pernah menggugah sejarah zaman, seperti Hamka dan Pramoedya Ananta Toer. Masaku Habbiburahman El-Shirazy, hingga disini Andrea Hirata. Semua mereka adalah orang yang dikenal karena karyanya. Karena hasil pemikirannya, karena rasa dan frasanya. Lalu dimana kelak aku harus mengambil bagian seperti mereka. Adakah masa dan kesempatan untukku, adakah tempat untukku, jika tidak bisa duduk sejajar dengan mereka. Sekurang-kurangnya aku bisa memberikan karya seperti mereka. Menulis, dan memberikan buah fikiranku untuk semua orang. Sehingga mereka bisa memahami dan mengerti apa yang aku sampaikan. Sedang ada saat- saat dimana aku tersadar, bahwa jangankan untuk membuat sebuah karya, untuk menggoreskan tinta saja aku terlupa. Lalu kesulitan untuk memintal satu demi satu, untaian- untaian kata. Jika begitu bagaimana mungkin aku bisa mendapatkan bahagian seperti mereka.

Ah, jika mengingat-ingat hal itu aku merasa rendah diri dan putus asa. Namun, hingga kini aku menjadi seorang ayah, keinginan itu tidak sedikitpun memudar. Bahkan semakin kuat dan sangat aku berharap. Padahal semakin lama waktu berlalu, banyak hal yang tidak bisa aku lakukan seperti dulu lagi. Semakin banyak beban dan tanggung jawab ku kini. Dan semakin banyak tuntutan kebutuhan yang ingin aku penuhi.

Hanya cita- cita dan mimpi, yang membuat aku terus bertahan sampai kini. Tak perduli seberapa melelahkannya cobaan dan ujian yang harus dilewati. Belum lagi cemoohan orang- orang yang tidak mengerti. Ditambah perjalananku untuk memenuhi kebutuhanku sendiri. Sampai detik ini aku berfikir akankah atau bisakah ? Lantas perjalanan ini seakan membuat aku semakin jauh dari cita- cita dan mimpiku. Semakin aku mencari jalanku, sepertinya semakin jauh aku dari arah dan tujuanku.

Oh, alangkah senangnya seandainya aku berada dijalur yang aku harapkan. Oh, alangkah indahnya jika mimpi dan keinginanku terkabul satu- persatu. Tentunya semangat menggapai mimpi itu semakin menggebu, dan tak perlu ada lagi  kabut abu-abu. Cukup penuh memoriku di penuhi segala keinginan yang belum tersampaikan, sehingga terkadang ingin aku kembali memakai seragam putih abu- abu.

Selang beberapa waktu yang lalu, aku juga melihat ada teman sekolahku di SMA, kini telah berhasil menorehkan sebahagian karyanya di beberapa media online. Juga sebagiannya dalam bentuk buku. Senang aku melihatnya tetapi jua, ingin aku seperti dirinya. Memberikan pemikiran dan berhasil menuangkannya ke dalan tulisan dan buku untuk dimengerti semua orang. Aku lalu membayangkan apa yang ada difikirannya sehingga ia mampu menuliskan ide-  idenya, dan menuangkannya. 

Sedangkan aku untuk menuliskan satu kalimat saja, memerlukan waktu beberapa menit, dan masih harus mengkoreksinya lagi. Sepertinya sulit untuk menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan, lebih mudah untuk berbicara tanpa harus merangkai kata- kata. Ternyata benar ucapan mereka yang sudah pernah menulis atau yang menjadi penulis, lebih mudah untuk berbicara daripada menulis. Saat ini, aku butuh waktu hampir satu bulan untuk menyelesaikan dua buah tulisan. Sedangkan itupun belum lagi aku mengkoreksi tulisanku, kemudian memilah setiap ejaan yang harus disesuaikan. Kemudian juga aku belum tahu apakah tulisanku ini layak untuk dimuat di media. Namun setidaknya aku sudah mencoba dan akan terus mencoba. Sampai aku bisa mewujudkan semua mimpiku, dan menerbitkan tulisan- tulisanku. Karena bagiku, meminjam istilah mbak desty, "Membaca adalah candu, dan menulis adalah terapinya".

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Penyelesaian

Bunga Hatiku

Bersyukur Akan Membuatmu Lebih Bahagia