Perahu Sore

Deburan ombak tidak begitu kuat, bahkan airnya tenang seperti tidak ada arus yang mengalir. Sedangkan pinggiran dari bibir muara itu telah penuh dan membanjiri jalan- jalan yang biasa dipakai untuk bersantai di sore hari.  Hanya sepasang camar yang terlihat akan pulang, melepas penat setelah senja kian redup. Angin pun tidak lagi berhembus kencang, menyapu tepian dedaunan pohon- pohon bakau.

Kembali ku nikmati senja ini berdua denganmu. Menunggu tenggelamnya sang mentari. Diiringi alunan syahdu dari setiap menara- menara mesjid disekitar kita. Tak luput jua dari pandangan kita, duduk beramai- ramai pasangan dua sejoli. Saling memadu kasih, dan terhanyut dalam gelombang cinta yang mereka rasa. Di Atas jembatan ini saling bercanda dan berjanji untuk setia. Setidaknya selama rasa cinta dan asmara mereka masih membara.

Lalu jauh dibawah sana, hilir mudik perahu- perahu nelayan melewati kolong jembatan, entah kemana mereka ingin pergi. Apakah ingin bersandar, setelah penat dan lelah melewati hari ini. Atau baru bersiap- siap untuk pergi  mengadu peruntungan ditengah laut pada malam gelap ini.

Berharap agar kembali dengan hasil yang menyenangkan hati. Agar bisa memberi sesuap nasi pada anak dan istri. andai saja ada waktu yang tersisa, ingin kutanyakan pada mereka, bilakah akan kembali ?, sedang apakah saat ini ?, lalu apa cerita malam nanti ?.

Suara mereka dari bawah jembatan memecah kesunyian. Melukiskan gelombang yang menari membuat jejak- jejak sekilas pandang. Sembari sang pengemudi bersantai menikmati alunan senja yang sedang menanti datangnya maghrib. Tak bisa kutebak apa makna dibalik keindahan hari ini. Dan tak bisa aku mengerti mengapa senja begitu berarti.

Apakah karena aku melewatinya bersamamu, atau karena aku yang selalu merindukanmu. Rindu akan rasa yang pernah kita lalui dahulu.  Saat kau dan aku masih duduk di bangku sekolah. Yang hanya duduk diam dalam tegur dan sapa, hanya hati kita yang dari jauh saling berbicara. Lalu, hilang dan pergi tak tahu entah kapan akan berjumpa. Kemudian kita bertemu lagi dalam masa yang berbeda. Entah dari mana memulainya, lalu tiba- tiba kini kita bersama. Mengarungi bahtera rumah tangga, dan melewati semua suka dan duka.

Seperti perahu sore yang kita lihat hari ini, lalu lalang kemudian pergi ke tengah lautan. Menghilang ditelan gemerlap malam. Tiba-   tiba kembali esok, dan bertemu di dermaga penantiannya. Saling sapa, merapat dan melepas segala kepenatan. Semakin lama semakin rapuh, hanya bisa bersandar, dan pergi, jika waktunya tiba.

Lalu mata kita tertuju pada dua perahu besar yang bersandar. Sepertinya waktu dan lamanya perjalanan, membuatnya semakin kokoh bertahan. Dari terjangan deburan ombak, dari sapuan badai lautan, dan panas teriknya mentari siang. Semakin lama membuatnya semakin kuat bertahan. Menyiratkan kemampuan saat mengarungi samudra. Lalu menyisakan ketegaran, kesabaran, dan kewibawaan.

Akankah seperti itu perahu kita kelak, yang apabila bertahan mengarungi samudra kehidupan. Kuat dalam berlayar saat diterpa gelombang, kokoh berlayar waktu disapu badai. Hingga akhirnya menyisakan kekuatan untuk terus melaju. Dan terus membina bahtera ini bersama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Penyelesaian

Bunga Hatiku

Bersyukur Akan Membuatmu Lebih Bahagia