Uhibbuki Fillah ya Zaujati


Menuai manis di pagi hari, tak mungkin pahit yang ku tanam. Ku semai indah di senja merah, tersangkut duka fajar menyingsing. 

Bayangan dan impian sejalan seirama, menghiasi beberapa detik dalam waktuku. Ya.... mungkin tinta ini yang selalu mendengar curahan hatiku. Terkadang kugoreskan nyanyian bunda, sesaat ku lukiskan warna cinta. 

Namun, dikala hati tak berbicara, sepatah katapun tak terlihat dibibirnya. Jemari ini yang ingatkan aku akan hidupku. Menanti buaian indah, dalam irama....!!! 

Tak lelah mataku memandangi tarian, irama, yang goreskan seuntai makna. Biarlah semua indah pada waktunya. Sehingga manis dan ranum yang aku rasa. 

Cinta... yang setiap orang merasa telah memahaminya, berbicara seolah mengetahui isinya.... 

Ternyata, tak lebih dari bualan kosong untuk kekasihnya. Saat terpaan, hambatan, menerjang kedalam lubuk hatinya, ia juga hanyut terbawa arus. 

Itulah.... satu kata, yang belum pernah kutemukan maknanya. Kucari dalam hikayat roman murahan. Kusimpulkan dari ensiklopedia kehidupan, hingga aku teliti dalam literatur islam. Referensi yang menjadi acuan, roman picisan karya pujangga, kamus besar bahasa cinta, goresan tinta Roger Garaudy, hingga kucoba cari dalam Al-qur'an. Tak banyak memang jawaban yang kutemukan. Tujuan penulisan yang coba kujabarkan. 

Namun, setidaknya.... setitik demi setitik, hingga genggaman yang aku kuatkan. Berikan aku jalan untuk fahami cinta yang sesungguhnya. Cinta yang benar- benar dapat kuatkan aku mengarungi kehidupan. Cinta yang berikan aku spirit untuk bisa bertahan. Tak perduli seberapa kerasnya ujian yang datang, hingga keindahan itu benar- benar dapat aku rasakan. 

Cinta yang dapat yakinkan aku bahwa Dia, telah mempersiapkan bidadari surga yang akan berjalan bersamaku. Hingga disurga nanti kami duduk bersama merasakan hangat ridho-Nya dan cinta-Nya, dan katakan "Uhibbuki fillah ya zaujatti". 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Senjaku Bersamamu

Memory yang mengikuti

Masihkah bermimpi / membangun impian