Postingan

Keyakinan, Mimpi, cita- cita

Gambar
      Percayakah kamu, ketika ada yang berkata bahwa kamu sebenarnya istimewa. Tidak ada yang tidak bisa kamu lakukan, tidak ada yang bisa menghalangimu untuk mencapai mimpi dan tujuan. Problem atau masalahnya yang banyak yang terjadi pada saat ini, untuk sebahagian orang adalah ketidak tahuan serta jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan.       Jika kita mengingat masa masa kecil kita dahulu, saat ditanya kelak ketika besar ingin menjadi apa, dengan mudah kita akan menjawab cita- cita yang kita inginkan. Siapapun yang bertanya kepada kita, akan dengan semangat dan mudah kita jawab. Baik itu cita- cita atau kita sebut dengan mimpi. Seiring berjalannya waktu, semakin kita tumbuh, menjadi besar dan dewasa. Banyak pengalaman dan pengetahuan yang kita dapatkan. Banyak wawasan dan teman yang bertambah. Seakan akan mimpi itu semakin dekat kita raih. Mencoba terus semangat dan mengejarnya.       Dimulai saat masih sekolah dasar, lanjut jenjang sekolah menengah pertama. Kita mungkin ma

Risalah cinta... Sahabat

Gambar
      Risalah cinta sahabat, yang dibina indah oleh taqwa. Terukir abadi nun jauh terpendam dihati. Manusia yang jatuh cinta kepada manusia, adalah mereka yang senantiasa tak hendak jauh dari yang dicintainya. Ia akan terpaku, dan menjadi bayangan dari orang yang dicintainya. Senantiasa hadir disisinya, tak sedikitpun menjauh darinya.      Sebuah hikayat, dari negeri yang jauh disana. Disemai di tanah- tanah tandus tak berpunya. Disirami darah dan air mata luka. Menjulang tinggi cinta abadi. Subur ditengah keringnya kasih sayang. Menghujam kedalam hati setiap insan. Rindangnya menaungi penjuru bumi.      Tak habis cerita mereka, disampaikan para pujangga. Tak lelah lisan manusia menyebutkannya. Ceritanya terngiang nan abadi. Tak hanya seperti ukiran prasasti. Adakah yang bisa menjelaskannya. Cinta mereka nyata, bukan roman picisan, tidak juga hikayat lama. Setiap mereka dikenang, bahkan hingga akhir zaman. Cintanya tulus nan suci, namanya pun abadi.       Wahai kau yang mengaku cinta,

Entah.... lah

Gambar
Engkau yang semenjak dulu selalu kurindu Jiwamu dalam diam tetap kudamba Hingga dosa, menutup cahaya dari hatiku.  Tidakkah engkau mengerti, tentang bahasa hati.  Butakah matamu dari cinta yang kumiliki.  Berapa kali sudah, lisanku memanggilmu.  Tak terhitung kiranya, ungkapan hatiku padamu.  Namun, hanya senyum darimu,  Serta dinginnya perasaanmu.  Tak tahukah engkau, berapa sudah....  Insan yang tahu cerita cinta, kita....  Seakan tanganku tak henti menadah.  Ibumu... saudaramu... handai taulan... mu Hilang kini air mukaku....  Seakan putus urat maluku....  Sampai ketika, lelah hati menggelayutiku.  Kucoba, untuk berbicara dari hati Untuk menghangatkan cintamu....  Dan lagi, begitu dinginnya perasaanmu.... Hingga aku....  Tak ingin lagi.... mencintaimu....  Dan ingin pergi, berhenti mengetuk pintu hatimu.... 

MeRINDU

Gambar
 Wahai kau aktivis dakwah, dalam kesendirianmu bertafakkur bersama hati yang menyepi. Kau teteskan air mata yang takut akan dahsyatnya neraka. Menyendiri ditengah riuhnya manusia. Diantara ketenangan jiwa dan gejolak dahsyatnya gelombang kehidupan yang senantiasa menerpa dirimu. Engkau tak mengatakan luka yang engkau rasakan, karena perihnya perjuangan. Namun, kau begitu terluka dan menangis akan sedikit dosa, karena kekhilafan yang kau buat. Sayang, generasi seperti dirimu kian menghilang. Kekosongan ini diisi oleh generasi yang hanya mengumbar kesenangan dan ambisi pribadinya saja. Kau yang terlena dengan indahnya pujian. Tertipu dengan manisnya gurauan. Akankah kau tertawa ditengah perihnya umat yang meregang nyawa. Hanya karena dirinya ingin tetap dalam keadaan mukmin. Masihkah dirimu meneteskan airmata karena ketakutan yang kau rasa. Atau airmata kemunafikan yang terurai dari kelamnya hati. Sama sekali tak tersentuh dengan indahnya cahaya keimanan. Janganlah kau menangis ditengah

Untukmu kader dakwah

Gambar
 Kau pelita yang senantiasa memberikan penerang bagi ummat.  Kesendirianmu merupakan kedekatanmu padaNya.  Engkau pelita yang menerangi jiwa- jiwa yang tersekat kebingungan didalam kegelapan.  Engkau merupakan bagian tak terhapus oleh zaman.  Senantiasa hadir mengajak insan, menuju ridho robbul alamiin.  Engkau merupakan contoh akhlak qur'ani.  Investasi kemuliaan akhlak bagi bumi.  Engkau suburkan jiwa- jiwa yang tandus.  Engkau sirami hati- hati yang kering.  Seorang Syeikhut Tarbiyah, menyentuh qolbu : "Merendahlah, engkau kan seperti bintang gemintang, berkilau dipandang orang diatas riak air. Dan sang bintang pun jauh tinggi. Jangan seperti asap, yang mengangkat diri, tinggi di langit, padahal dirinya rendah hina". 

Harap........ ku

Gambar
 In memorian 2008 Terang mata ini, memandang biru langit.  Sambut pagi ini dengan senyum. Realita, nurani ingin aku segera berlari.  Pancarkan cahaya, saat mata mulai terbuka.  Di ambang menanjak sang mentari,  Di bawah alunan, gemerisik dedaunan.  Sesaat angan, rebahkan lelah dibawah rindang.  Wajah ini menatap jauh sepanjang jalan.  Salam sapa senyum merekah Terik mentari buaikan hati Kamu, yang tersenyum di sore ini Semoga indah yang kau nikmati.  Senyum pahit terlukis di bibirku,  Hati perih seakan di iris sembilu Bergetar hati saat kulihat wajahmu Hingga ku ingin teriak katakan cinta padamu.  Namun, itu semua hanya khayalan Kau dan aku tak lebih sebatas teman.  Mungkin, ini semua hanya sebuah harapan.  Bahwa kita akan bersama selamanya di masa depan.  Dan biarkan waktu yang terus berputar Aku kan mencoba pahami, agar tak cepat pudar.  Terkadang, wajahmu dibenakku jelas tergambar.  Tapi kuharus tinggalkan cinta ini, dan tetap tegar. 

Bayangan malam

Gambar
 Saat larut dalam impian Tengah bintang cerah, dibuai angin malam Hening dalam senyap dan sunyinya, Lepaskan letih dalam tidurku Semua terasa tenang.  Hingga suatu ketika, dalan bayang antah berantah Aku tengah tersenyum, ditengah indahnya taman,  Bersenda gurau, dan tertawa entah dengan siapa Lalu, wajah itu hadir dan lewat didepanku Sekejap aku menatapnya, lirikanku pada senyumnya,  Lalu ku abaikan ia, dan kembali tengah bercanda.  Tiba- tiba ia menangis, berderai air matanya,  Sorot matanya, tangisan itu luluhkan hatiku,  Entah mengapa air mata itu, buat diriku ingin memeluknya, Dan hentikan derai air matanya. Namun, aku tersentak Dan tersadar dari itu semua.  Sejenak ku hela nafas panjang Tersadar aku itu semua hanya mimpi Namun, bayangan itu masih jelas dibenakku.