Postingan

Menampilkan postingan dari 2025

Waktu

Gambar
Panas nya sinar matahari,  membuatku ingin merebahkan penatnya tubuhku. Ingin rasanya sejenak merebahkan lelahku dibawah rindangnya pohon siang ini. Tetapi apa daya, aku sedang dibalik barisan gedung yang menjulang dengan angkuhnya. Tak memberi kesempatan padaku untuk sebentar berteduh dari sengatan sinar mentari. Sedangkan isi kepalaku, berisik dari kemarin, entah apa yang sebenarnya  sedang membebani isi fikiranku. Kubiarkan gagasan dan ide mengalir dari kepalaku, berharap bisa memberikan petualangan baru. Kini setiap hari aku saling berkejaran dengan sang waktu. Berusaha untuk menyelesaikan sebelum mentari terbenam diufuk barat. Dan sebelum sikecil terlelap dalam gelap, ditemani gemintang dan hanyut dalam mimpinya tanpa sempat kusapa senyumnya. Senja yang senantiasa menanti malam, tak pernah berhenti walau sekedar menunggu camar kembali. Ia akan berlalu dan pergi tanpa perduli apa yang bakalan terjadi esok hari. Sedangkan aku terkadang tak menyadari bahwa mega merah senanti...

Malam ku bersamamu

Gambar
Hari ini aku pulang lebih awal. Entah mengapa, aku ingin bersamamu malam ini. Menikmati indahnya malam, bercerita dibawah naungan bintang gemintang. Aku ingin melepaskan seluruh letihku, menanggalkan peluhku, meninggalkan penat dan mencampakkannya jauh dari diriku. Hingga tak ada satupun yang tersisa gundah gulana ku, agar setiap detik aku bisa menikmati untaian kata darimu. Dan mendengar setiap detik detak jantungmu. Ada banyak hal yang aku dengar pada diriku sendiri. Ada beragam cerita hari ini yang aku lewati. Begitu banyak warna yang kulihat dalam sehari perjalanan mentari. Juga bisikan angin kepada daun di pucuk pepohonan. Tetapi ketika senja menghampiri, angin pergi dan tak kembali. Burung- burung pun tak lagi berkicau, semua kembali ke peraduannya. Tinggal sunyi dan sepi yang menghampiri. Aku ingin mendengarkan lebih banyak cerita darimu. Memperhatikan indah bibirmu, menunggu setiap untaian kata yang engkau tuturkan. Sambil menikmati indahnya wajahmu, dibawah temaram sinar lampu...

Mendung yang dulu

Gambar
Rintik hujan membasahi bumi, awan gelap berlari berkejaran. Panas terik disapu angin barat, dan perjalanan panjang, setelah diguyur hujan. Hijau hamparan bulir-bulir padi. Gemericik air di anak sungai, dihempas tubuh kecil yang bersuka cita. Sedangkan awan kelabu masih malu-malu. Pesona pandang anak Asahan, gemulai berjalan gadis Melayu, menatap jauh meleka senyuman. Merah pipinya di sapa angin. Lambaian nyiur kelapa menyambut hari. Sampaikan selamat datang pada musafir. Tarian ombak ditabuh sampan, ikuti rima rintik gerimis, angin laut merayu diriku. Awan kembali kelabu, angin sore yang menyambut dedaunan. Pucuk bambu memberikan lambaian, membisikkan gemerisik, pada burung-burung senja, yang segera menyapa. Dan mentari akan segera pergi. Hanya seekor merpati bertengger di atas pohon, melihat langit, bertanya dalam hatinya "akankah awan Hitam kembali membasahi bumi". Senandung rindu simphoni yang dulu. Saat mula- mula aku mengenalmu. Nyanyian- nyanyian pada masa itu, membuatk...

Warisan negeriku yang ikut hilang

Gambar
Tak akan pernah cukup tinta di lautan, Untuk menerangkan isi pualam. Habis kayu menggoreskan ribuan kata- kata dari pujangga. Tak akan mampu engkau menyelami dalamnya hati, karena semua telah ditetapkan sebagai kiasan. Mereka pujangga yang telah tiada, mewariskan ribuan sastra. Untaian- untaian makna, merangkai ratusan kata- kata mutiara. Dan meninggalkan berbagai karya, namun sayang, tidak banyak hari ini yang memahami betapa berharganya warisan yang mereka berikan. Kini warisan itu mulai hilang satu persatu ditelan zaman. Dibiarkan oleh anak cucu negeri ini. Terbuang..... Terbengkalai..... Tergeletak..... Dipinggir jalan menghiba rasa..... Jikalau bisa ingin aku meminta, kan kukirim sepucuk surat kepada mereka. Aku anak pewaris negeri ini, meminta dimana mutiara sastra itu kau simpan. Karena hanya tersisa beberapa koruptor di negeri ini, yang tak memiliki hati nurani. Notes:  Teruntuk sastrawan negeriku, yang karyanya ikut mati bersama jasadnya. Kami tak lagi memiliki warisanmu, ...