Senandung rindu dari hati yang pilu

 


Satu ayat yang kulantunkan, diselingi senandung duka di balik awan, cambuki galauku di keheningan malam. Kian lama, mentari menyengat kalbu. Jiwaku meradang dalam gerah menanti cinta di bumi pertiwi. Sesaat mataku memandang jauh ke alam syahdu, membayang indah akan wajahmu. Senantiasa daku berharap penantian itu akan indah selamanya. Dan kusadari, bahwa hati ini kian terasa pilu, menanti kedatangan dirimu kasih. Karena aku tak tahu harus kemana kucari, dan harus kemana kulabuhkan penantian ini.

Senandung cinta yang menggema, Sebagai pelipur lara kala tiada dirimu. Bersama bayangan malam, aku berupaya untuk terus tenang. Suara sumbang pun menemani kesendirian hatiku. Berharap engkau akan bersamaku. Dalam cerita suka, nyanyian duka, juga keluhan air mata.

Belahan jiwaku, pahamilah diriku, telusurilah relung jiwaku. Karena daku bukanlah punggawa sempurna yang tercipta untuk dirimu. Aku tak seteguh karang yang selalu bertahan dalam terjangan ombak. Juga bukan mentari yang senantiasa mampu menyinarimu dengan cahaya cinta setiap waktu.

Kau tahu, bahwa penantianku dalam episode perjumpaan dengan dirimu. Senantiasa, mengiringi lagu cinta di keheningan malamku. Satu ayat suci, menghiasi namamu dalam doaku. Hingga hati dan mata ini tak lagi mampu untuk melihat indahnya rembulan di tengah malam.

Engkau, yang kunanti………..

Yang saat ini sedang kucari, dari sekian banyak bunga di bumi, tak ingin aku memetik yang lain selain dirimu. Yang telah dijanjikanNya. Untuk menemani perjuangan dakwah ini. hanya saja, terkadang aku merasa resah, akankah engkau yang selama ini kutunggu adalah satu di antara mereka yang sempat mengganggu tidurku. Dan akhirnya itu semua menutup mata hatiku, bahwa sebenarnya mereka bukanlah yang halal untukku.

Lantunan ampun yang menjaga dan menutup pintu hatiku, untuk bersabar membukanya saat engkau telah berada di depanya.

Rahman dan RahimNya lah yang membuat aku tersadar akan dirimu. Kerana aku begitu lemah di kesendirian ini. Aku begitu rapuh tanpa cinta dan bimbinganNya. Aku mengira mereka para bunga haraki yang selama ini, mengisi skenario perjuanganku, adalah engkau yang telah dijanjikan untukku.

Tak hanya itu duhai kekasih, aku juga pemuda yang hidup diakhir zaman, dimana ujian, fitnah, dan cobaan. Tiada henti meremukkan rukhiyahku.  Terkadang aku tersadar dari lamunan bahwa engkau yang dijanjikan, masih meniti jalan perjuangan ini dan berupaya untuk istiqomah bagi dakwah kita nanti. Duhai bunga haraqi yang dicipta untuk mengisi kesendirianku. Aku berharap do’amu. Agar pertemuan kita indah nantinya, dan berada dibawah naungan RidhaNya.

Dan kini, setelah perjalanan panjang yang aku lalui. setelah penat, lelah, dan peluh membasahi pipi.

akhirnya kutemukan dirimu, dalam sebaris untaian do'aku, ditengah gelapnya sujudku, dari jawaban panjang do'a 10 tahun yang lalu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Senjaku Bersamamu

Senandung Gerimis Tengah Malam*

Memory yang mengikuti